Hari Jumat lalu (8 Februari 2013) saya berkesempatan bergabung di kelas @akbersalatiga dalam kelas mereka yang bertajuk “Menyusun materi stand-up comedy” di @frame_coffee. Menarik, karena itulah pertama kalinya saya mengenal lebih jauh tentang komedi ini.
Ternyata, dalam sebuah penampilan stand-up comedy, seharusnya ada premis dan bit. Premis adalah sesuatu yang umum dan bit merupakan penyempitan masalah yang diangkat dalam premis. Dalam bit, wajib hukumnya ada set up (bagian yang tidak lucu) dan punchline (bagian yang lucu). Dalam penyampaiannya, seorang comic (comedian with mic) bisa melakukannya dengan cara rule of three, one liner, call back dan banyak teknik lain.
Nah, comic inilah yang saya maksudkan sebagai blending gaya baru. Kalau biasanya blending adalah bentukan kata baru dengan kombinasi bagian dua kata atau lebih (Aronoff dan Fudeman, 2011) seperti dalam tulisan saya Blog and blend, comic merupakan kombinasi dua kata namun dengan tambahan keterangan lain. Bentukan ini berbeda dari proses bentukan infotainment, misalnya, yang hanya menggabungkan unsur kata information dan entertainment tanpa tambahan kata lain.
Kata comic juga mengalami perubahan makna. Comic yang semula diartikan sebagai cerita yang disampaikan melalui gambar yang kadang-kadang disertai teks (Sabin, 1993) kini memiliki arti baru, yaitu comedian with mic ini.
Selalu menarik setiap membahasa gejala bahasa, meskipun membahas komedi yg menurutku kurang menarik.
Btw, widget bukunya mantap!