Hari ini saya kembali bertugas sebagai instruktur PLPG untuk guru-guru yang sedang dalam proses sertifikasi. Lokasi pelatihan ada di Cipayung, daerah yang mengingatkan saya pada sebuah resto di pinggir kali dan keinginan untuk makan malam di situ yang sampai sekarang belum terlaksana. Makan malam dengan cahaya lilin diiringi nyaringnya riak-riak air sungai di bawahnya. Kabarnya, di resto itu juga bisa ditemui kuntum-kuntum phalaenopsis kesukaan saya. Termasuk yang berwarna putih, tentunya.
Saya menikmati pekerjaan ini. Bertemu dengan guru-guru dari berbagai daerah itu sangat luar biasa. Dalam beberapa kali kesempatan, saya juga bertemu dengan alumni universitas tempat saya mengajar. Ada rasa bahagia ketika mereka menghampiri dan menyapa lalu bercerita tentang bagaimana mereka menikmati menjadi guru.
Hari ini, misalnya, ada dua orang peserta yang dulu adalah mahasiswa saya. Salah satunya bahkan harus kuliah lagi untuk Akta IV dan untuk menyesuaikan dengan linieritas bidang yang diampunya. Ah, kalau saja mereka tahu betapa saya senang sekali bertemu orang yang hasrat belajarnya tak habis-habis. Atau, mereka yang hasrat memperbaiki diri dalam bidang pekerjaan yang tak pernah padam, sampai kapanpun.
Di antara banyak pengalaman selama bertugas dalam program PLPG ini, ada satu hal yang sangat mengganggu, yaitu sejak diterapkannya kurikulum 2013. Kurikulum ini memuat langkah-langkah scientific yang terdiri dari lima tahap: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Barangkali untuk alasan kemudahan diingat, kelima proses itu disingkat menjadi 5M.
Nah, itulah yang tidak saya mengerti. Mengapa demi menciptakan 5M ini harus memperkosa tata bahasa? Dalam bahasa Indonesia kata menanya tidak dikenal. Yang ada adalah menanyakan atau bertanya.
Saya jadi ingat, dalam suatu kesempatan pernah disebut berlebihan ketika bicara mengenai tata bahasa ini. Waktu itu saya menyampaikan bahwa tata bahasa tetap harus diperhatikan, bahkan dalam puisi. Misalnya, awalan tetap ditulis terangkai dan kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Tapi, teman saya bilang semua boleh dilakukan dengan dalih licentia poetica.
Berlebihan atau tidak, saya memang gatal sih melihat bahasa ditabrak seenaknya. Sama halnya dengan peristiwa hari ini. Bahagia bertemu mantan mahasiswa pun bisa saja dianggap berlebihan untuk sebagian orang, bukan?
Biarlah. Yang penting saya bahagia. Sama bahagianya dengan (andai saja) kata menanya diubah menjadi bertanya atau menanyakan. Dan, lebih bahagia lagi jika kelak saya makan malam di resto pinggir kali, yang dalam bahasa Inggris mereka sebut riverside itu.  🙂
so sweet mam..kita bertemu seperti kembali ke zaman dulu…flashback kembali seperti mahasiswa, bertemu dengan guru guru yang selalu terus terus terus memperhatikan anak muridnya walaupun anak muridnya sudah banyak berubah.. tapi mam engkau tetap sama seperti 12 tahun yang lalu,malu jadinya..bangga dan senang sekali bertemu kembali dengan guru guruku..selalu sehat mam..
Mungkin typo, Bu. Mungkin maksudnya menanyakan. Mungkin lho ya… :p
Tapi kodenya boleh juga tuh. Jadi, kapan kita makan di resto pinggir kali? *lho* 😀