Bukan saja menarik karena setelah diterbitkan, Bumi Manusia kemudian dilarang beredar setahun kemudian atas perintah Jaksa Agung, namun secara kebetulan saya mengenal keturunan langsung tokoh utama dalam buku tersebut. Jadilah kami sering kali asyik memperbincangkan cerita ini, mana fiksi mana fakta.
Buku ini bercerita tentang perjalanan seorang tokoh bernama Minke. Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Ia adalah seorang pribumi yang sangat piawai menulis. Tulisannya bisa membuat orang terkagum-kagum dan dimuat di berbagai Koran Belanda pada saat itu. Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa.
Selain tokoh Minke, buku ini juga menggambarkan seorang “Nyai” yang bernama Nyai Ontosoroh. Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Tetapi, Nyai Ontosoroh sadar bahwa untuk dapat diakui sebagai seorang manusia dan melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, hanyalah dengan belajar. Nyai Ontosoroh memiliki anak dari Tuan Millema yang bernama Anneliesse. Minke menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Anneliesse.
Satu hal lain yang membuat Tetralogi Buru begitu berkesan: saya mengenal satu keluarga Amerika yang memberi nama anak perempuannya ”Anneliesse” sebagai ungkapan kekaguman mereka terhadap Pram.
Sayang, anak saya laki-laki. 🙂
Judul: Bumi Manusia
Pengarang: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara (2005)
@Wong Kam Fung: betul. setuju.
[…] 34 bahasa. Dan buku ini merupakan salah satu koleksi buku kesayangan saya, yang salah satunya (Bumi Manusia) pernah saya tulis di […]
[…] ketika membaca Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer saya jadi mengait-ngaitkan antara yang saya baca dengan cerita yang […]