Beberapa hari ini di media ramai diangkat tagar tentang hari pertama sekolah, yang sebagian besar memang dilaksanakan pada hari ini. Sebagaimana gerakan lain, gerakan ini juga menuai pro dan kontra, yang masing-masing punya alasan sendiri. Buat saya, mengantar anak di hari pertama sekolah adalah suatu kenikmatan tersendiri. Saya melakukannya pada kedua anak saya, belasan tahun lalu.
Sebenarnya bukan hanya hari pertama yang penting, tapi juga malam pertama. Artinya, malam sebelum hari pertama dan beberapa malam setelahnya. Dulu, di malam-malam itu kami asyik terlibat dalam pembicaraan mengenai sekolah dan persiapannya. Mereka antusias mempersiapkan baju dan sepatu yang akan dikenakan esok harinya; terbayang akan mendapatkan banyak teman dan pengalaman baru. Jadi, lebih pada persiapan psikologis.
Sama dengan orangtua lain, saya sangat ingin mereka mendapatkan kesan yang menyenangkan mengenai sekolah karena kegiatan ini adalah kegiatan formal yang akan berlangsung bukan hanya satu dua tahun tapi dalam periode yang sangat lama dalam hidupnya. Jadi, masa-masa ini sangat penting.
Sekolah bukan hanya menyangkut sisi akademik. Ada hal-hal lain yang tak kalah penting. Penguatan soft skill dan karakter, misalnya. Saya sebut penguatan karena pada dasarnya semua pendidikan bermula di rumah. Ini beberapa contoh sederhana yang saya perkenalkan kepada mereka menghadapi hari-hari pertama sekolah: bagaimana bertutur kepada teman dan guru, apa yang perlu diperhatikan dan dilakukan jika ingin ke kamar mandi, siapa saja yang boleh menyentuh bagian pribadi, apa yang sebaiknya dilakukan jika ada teman yang memukul dan kepada siapa melapor jika sakit.
Pro dan kontra memang biasa. Namun, saya tak mengerti ada sebagian orang yang mengaitkan masalah antar anak sekolah di hari pertama ini dengan kemandirian. Adakah jaminan bahwa anak yang diantar sudah pasti tidak akan mandiri? Mandiri adalah kualitas yang dibentuk dalam proses yang tidak instan. Banyak faktor yang membentuknya.
Saya tetap melihat kegiatan ini positif. Masalah berbagi foto dan sekolah si anak lengkap dengan alamat rincinya di berbagai media sosial itu soal lain. Walaupun bukan pakar keamanan berinternet, saya mengerti bahwa hal itu sangat riskan. Sebaiknya tetap diingat, bahwa yang dianjurkan adalah mengantar, bukan suka rela berbagi informasi pribadi.
Saya sangat menikmati mengantar, menunggu dan menjemput anak. Mendapat kabar yang tak terduga bikin terharu. Interaksi dgn ibu lain dan guru. Sayang saya kerja sangat langka tuk bisa antar anak, sampai kadang cuti khusus antar anak hehehee..