Kapan Harus Luluh

readerdigestKemarin saya membaca artikel advertorial di sebuah majalah bulanan. Artikel itu bukan tentang sesuatu yang baru. Advertorial suplemen untuk perempuan ini mengupas tentang pola hidup sehat dengan judul “Hidup Bahagia Sepanjang Usia”. Saya setuju. Sehat memang bisa membuat kita merasa bahagia.

Artikelnya menarik, namun ada satu hal yang mengganggu. Salah satu tip yang disajikan adalah “Memerhatikan pola makan.” Bukan, bukan isinya yang salah, tapi penulisan kata memerhatikan yang kurang pas.

Bahasa Indonesia memiliki konsonan p, t, dan k di awal kata yang luluh ketika mendapatkan imbuhan me-. Misalnya, kata pukul, tari dan kail akan menjadi memukul, menari dan mengail. Namun, tidak demikian halnya dalam kata memperhatikan karena p bukan merupakan elemen akar katanya. Berbeda dari kata mematahkan, karena kata ini akar katanya adalah patah, yang diawali dengan konsonan p.

Dalam linguistik, hal seperti itu dikategorikan dalam hypercorrection (Bough, 2010). Fenomena generalisasi berlebihan ini bisa terjadi dalam tataran morfologi, bisa juga dalam pelafalan. Contoh dalam bahasa Inggris bisa dijumpai dalam kata childrens, yang seharusnya children tanpa akhiran –s. Contoh lainnya adalah kata pickted. Kata pick memiliki bentuk lampau picked, yang dilafalkan [pikt], dan menjadi salah jika kemudian ditambah imbuhan –ed lagi.

Jadi, ternyata menerapkan aturan pun tak bisa digeneralisasikan begitu saja. Harus dipahami benar terlebih oleh mereka yang berada di balik sebuah media karena media berfungsi sebagai lahan diseminasi penggunaan bahasa yang baik dan benar.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here