Hari ini, 67 tahun yang lalu, kita merdeka. Tak satu pun dari kita menyangkalnya, walau banyak kita baca dan dengar ungkapan saudara kita yang diliputi kegalauan. Mereka belum benar-benar merasa merdeka. Menurut mereka, negara yang sudah 67 tahun merdeka sepantasnya tidak seperti yang kita huni saat ini. Semua urusan lebih mapan dan tertib. Karena sudah banyak yang menyorot masalah ini, biarlah saya melihat satu hal lain yang terkait dengan (perasaan) merdeka ini.
Siapa pula yang menyangkal bahwa kita hidup di jaman global. Dalam beberapa hal, ternyata bahasa global (yang paling banyak dirujuk adalah bahasa Inggris) mutlak diperlukan. Salah satu kunci sukses belajar bahasa asing ini adalah kerelaan menjadi bagian dari penuturnya (Appel & Muysken, 1987). Maksudnya, kalau mau total mempelajari bahasa asing ya cobalah ikuti pola bahasa tersebut, sebut saja dalam hal pelafalan. Tak perlu malu melatih diri melafalkan fonem yang memang dirasa sulit karena fonem tersebut tak ada dalam bahasa Indonesia.
Sayangnya, tak semua orang berpendapat demikian. Sebagian dari kita menganggap kefasihan bertutur bahasa lain adalah ancaman terhadap budayanya (Carger, 2009). Mereka akan kukuh mempertahankan identitasnya dengan cara berpegang pada sistem bunyi bahasa Indonesia.
Tokuhama-Espinosa (2008) menulis bahwa mereka yang sukses dalam belajar bahasa asing ini akan membangun self-esteem yang lebih kokoh. Dan, tentu, sebaliknya. Jadi, rasanya sah saja, bicara di forum internasional dan menyuarakan kepada dunia mengenai Indonesia dengan bahasa Inggris yang fasih. Kita bisa dengan bangga membuka mata dunia, yang notabene tidak bertutur dalam bahasa Indonesia, mengenai betapa kaya negeri ini.
Ternyata kefasihan bertutur bahasa asing juga dapat meningkatkan cinta negeri, sejauh pemakaiannya memang tepat tempat, waktu dan sasaran. Tidak seperti pidato seseorang yang beberapa hari terakhir ramai dibicarakan. Jadi, rasanya tak perlu anti terhadap bahasa asing karena pada dasarnya hilang atau tidak identitas kultural kita tergantung dari hati. Merdekakan sejenak untuk keperluan belajar ini, selebihnya anda tetap orang Indonesia sejati!
Ingin banget fasih bicara ttg Indonesia dg bahasa asing, agar penyimak lebih paham dg utuh. Aku mengalami rasa kurang enak saat bicara dg bbrp mahasiswa asing UGM ttg deradikalisasi di Indonesia. Mereka butuh waktu lebih banyak untuk bisa memahami paparanku.
Kapan belajar ya? 🙂
Sip. kadang-kadang BT juga kan, orang lain kok ngga paham apa yang ingin kita sampaikan …
Setuju juga .. 🙂
[…] kerelaan untuk menjadi bagian dari penuturnya, sebagaimana bisa dibaca dalam tulisan saya Merdeka Sejenak. Pemahaman bahwa penguasaan bahasa asing bukan berarti ancaman terhadap identitas diri. Faktor […]
[…] kerelaan untuk menjadi bagian dari penuturnya, sebagaimana bisa dibaca dalam tulisan saya Merdeka Sejenak bahwa tak ada yang bisa menyangkal kita hidup di jaman global. Dalam beberapa hal, ternyata bahasa […]