Novel sebagai Materi Otentik

pulangDalam pengajaran bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa asing, telah terjadi pergeseran paradigma. Kini, pengajaran bahasa lebih fokus pada makna dan pemakaian bahasa, bukan pada repetisi tata bahasa secara mekanistis. Salah satu yang sangat mungkin dilakukan adalah dengan menggunakan materi otentik.


Materi otentik adalah materi ajar yang benar-benar digunakan secara umum oleh masyarakat dan sebanyak mungkin mencakup berbagai tipe teks (Lauder dan Lauder, 2007). Bahasa yang dipakai dalam surat kabar, majalah, formulir, surat edaran, novel, cerpen, teks lagu, dan teks iklan adalah beberapa contoh materi ini.

Novel sebagai materi otentik dapat dilihat dari dua sisi: teks dan hubungan teks dengan konteks. Sebagai teks, novel dapat dimanfaatkan dalam pengajaran bahasa, khususnya yang terkait dengan subdisiplin linguistik (morfologi, stilistika, sintaksis, sosiolinguistik), misalnya kata serapan, gaya bahasa, struktur kalimat, alih kode, campur kode, dan dialek. Sedangkan dalam pengajaran sastra, novel dapat dikaji dari unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Dalam hubungannya dengan konteks, teks dapat dikaji dengan dengan kacamata analisis wacana kritis dan kritik sastra.

Selain banyaknya kata serapan, dalam novel ini juga banyak ditemukan metafora yang sangat menggiggit. Berikut beberapa di antaranya.
Malam sudah turun, tanpa gerutu dan tanpa siasat (h. 1)
Dan bibir Vivianne adalah sepotong puisi yang belum selesai. Aku yakin, hanya bibirku yang bisa menyelesaikannya menjadi sebuah puisi yang lengkap (h. 19)
Surti Anandari bukan hanya setangkai melati; dia adalah bintang terang di tengah malam (h. 54)

Kombinasi kalimat pendek dan kalimat panjang sangat efektif untuk menghindari kesan penuturan yang monoton. Salah satunya adalah paragraf di bawah ini.
Aku mengangguk, tapi Vivianne menanggapi keraguan di wajahku. Dia mengajakku ke salah satu warung kopi terdekat. Vivianne memesan kopi untuk kami berdua. Kopi di Paris selalu tersedia dalam cangkir mungil yang lebih cocok digunakan untuk menyimpan berlian. Kali pertama mencobanya, aku hampir terjengkang. Aromanya terasa kaya lemak dan luar biasa legit. Apa yang mereka masukkan ke dalam kopinya? Sekilo gula dan segalon susu? (h. 13)

Dalam kajian sosiolinguistik, beberapa fenomena bahasa dapat ditemui dalam novel ini: alih kode, campur kode dan dialek. Berikut adalah contoh campur kode dalam novel Pulang:
Rambut berwarna brunette, tebal, berombak, melawan arah tiupan angin. (h. 9)
Selama beberapa bulan kemudian, Vivianne dan aku berlagak seperti para flaneur yang berjalan-jalan karena ingin menikmati langkah kaki dan kota Paris. (h. 15)
Oui…aku ingat. Nara, ini tentang Indonesia.” (h. 154)
Kita kan tidak mampir ke Restoran Tanah Air. Dia yang sowan pesta kita. Lagipula …” (h. 163)

Alih kode terjadi dalam kalimat berikut ini.
Bukan hanya menyarankan. Strongly commanding. (h. 153)
Bapakmu…yo wis, wong ditambahi kok wegah.” (h. 228)
I am so sorry…,” aku ingin menangis lagi karena mereka begitu sabar dan baik hati. (h. 404)
Gunakan nama Utara. For all we care, that is your last name,” kata Yos dengan nada enteng. (h. 265)

Dialek tertentu dapat dilihat dalam kalimat berikut.
You go girl!” Andini berbisik, “Gue bangga sama lu.” (h. 361)
Ndak …Ndak!” terdengar suara Dimas dari balik kamar mandi. (h. 228)

Sebagai sebuah novel, Pulang menyimpan beberapa catatan. Tema novel Pulang ini mengangkat kehidupan korban G30/PKI dan keluarganya, dengan latar tempat Jakarta, Paris, Peking pada rentang waktu sekitar tahun 1965 dan 1998. Alur mundur (flashback) diperkuat dengan memanfaatkan surat yang ditulis oleh tokoh. Tokohnya sendiri terdiri dari dua generasi, generasi yang terlibat dalam pergerakan tahun 1965 dan generasi yang mengalami gejolak pada tahun 1998. Penceritaan dengan sudut pandang aku, yang diperankan oleh tokoh yang berbeda, membutuhkan pemahaman tersendiri.

Dalam kaitannya dengan konteks, teks dapat dicermati dengan melakukan analisis wacana kritis dan kritik sastra. Keduanya mengaitkan teks dengan fenomena di luar teks, yaitu dengan mendalami unsur ekstrinsik sebuah karya. Bagaimana keterkaitan karya dengan pengarang dan pengalamannya bisa menjadi awal pijak analisis.

Judul: Pulang
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Desember 2012)

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here