Hari ini mestinya para perempuan sedang bersuka. Tapi, tadi pagi salah satu teman saya, perempuan, berurai air mata. Pasalnya, suaminya mengatakan kepada orang-orang sekampung bahwa ia tidak pernah membuatkan kopi untuknya. Teman saya ini sedih, karena dalam masa ia mengenal suaminya yang hampir 30 tahun itu tentu ia pernah bikin kopi untuk suaminya itu. Ia sangat sedih karena pernah dikatakan tidak pernah. “Ini namanya fitnah!”, katanya.
Apakah teman saya ini berlebihan? Tunggu dulu!
Pernah dan tidak pernah adalah antonim. Keduanya termasuk antonim biner (binary antonym). Artinya, jika tidak A, pasti B. Contoh lain: hidup-mati.
Pasangan antonim itu berbeda dari pasangan berlebihan-wajar. Kedua kata ini juga antonim, namun bukan termasuk antonim biner. Yang berlebihan menurut saya belum tentu berlebihan menurut Anda. Ini namanya antonim relatif atau gradable antonym. Contoh lain: cantik-jelek. Antonim relatif ini prinsipnya: jika tidak A, belum tentu B.
Tentu efeknya akan lain jika kalimat suami teman saya itu adalah “Istriku belum membuatkan kopi buatku hari ini.” Jika kalimatnya begini, lebih jelas batasannya.
Saya jadi bertanya-tanya, masa sih, teman saya ini selama 30 tahun tidak pernah membuat kopi untuk suaminya? Saya mengenal mereka berdua. Suami istri sama-sama penikmat kopi dan sama sekali bukan penganut paham patriarki yang kolot.
Dan, saya juga belajar. Ternyata yang terlihat baik-baik saja, di belakang kita belum tentu demikian. Saya berlebihan? Mungkin. Saya pernah membuat kopi untuk suami saya, dan kalau suami saya sampai mengatakan hal yang sama seperti suami teman saya itu, saya pasti sedih sekali.
Selamat Hari Perempuan Internasional! Untuk saya, untuk teman saya, dan untuk semua perempuan di dunia. Mari tetap menjadi manusia. Tidak menjadi jahat seperti bukan manusia.
Kata Leo Tolstoy, “God sees the truth, but waits.” Jadi, Tuhan juga pasti tahu bahwa saya, teman saya, dan perempuan-perempuan di dunia ini pernah bikin kopi.