Setahun Kemarin

cangkirKemarin sore, setelah seharian menguji dalam sidang skripsi, sebelum pulang saya beristirahat dan berbincang santai dengan beberapa teman. Ngobrol sana-sini, makan coklat, nachos, dan minum teh. Ada juga yang menyanyi dengan smule, sebuah aplikasi yang banyak digemari. Lagunya “Setahun Kemarin”, salah satu lagu dari grup Kahitna. Seru.

“Setahun Kemarin” ini lagu asyik. Liriknya juga enak dan mudah dicerna. Buat saya yang awam dengan metafor dan simbol, lagu ini cukup menghibur.

Saya tidak akan menulis tentang lagu ini, tapi tentang ingatan. Ada sebagian dari kita yang daya ingatnya luar biasa kuat. Jangankan untuk peristiwa yang terjadi setahun lalu, momen tertentu yang terjadi puluhan tahun lalu pun ia sanggup membeberkannya. Teman saya bisa bercerita dengan sangat rinci tentang surat cinta yang diterimanya ketika ia duduk di kelas 3 SMP. Dari warna kertas dan sampul, warna tinta, sampai kata-kata yang tertera di dalamnya. Surat itu terselip dalam sebuah buku yang sebelumnya dipinjam oleh si penulis surat.

Saya sih tidak heran. Kita akan menyimpan memori mengenai sesuatu yang memberikan kesan lebih dibanding yang lain. Jika peristiwa itu biasa, akan berlalu begitu saja. Namun, jika menyisakan perasaan tertentu, pasti akan bertahan lebih lama dalam ingatan kita. Bisa sedih, bisa bahagia.

Demikian kuatnya kaitan antara suasana dan daya lekat sebuah memori, hingga dimanfaatkan juga dalam dunia pengajaran. Dipercaya, jika suasana belajar menyenangkan, memori siswa juga akan bertahan lebih lama (Marshal J. Farr, The Long-term Retention of Knowledge and Skill).

Masih tentang ingatan, beberapa hari lalu ada yang mengatakan kepada saya, kalau kita masih mengingat sesuatu berarti kita masih belum memaafkan. Betulkah? Tidak selalu.

I forgive, but I don’t forget.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here