Tall Poppy Syndrome

PoppyDua hari lalu saya menonton film. Bukan AADC 2 seperti kebanyakan orang yang menantikan film ini setelah menonton film pertama 14 tahun lalu, tapi film Criminal yang dibintangi Kevin Costner dan Tommy Lee Jones, dua pemain yang saya suka. Film ini berkisah tentang agen dan pengkhianatan. Selain genre, aktor dan kostum pemain yang enak dilihat, saya juga suka dengan pesan sederhana dalam film ini bahwa emosi itu penting. Adalah hal yang normal untuk merasakan sakit, bahagia, sedih, marah dan emosi-emosi lain karena kita manusia.

Beragam emosi itu bisa lahir karena sesuatu dari dalam diri (intrinsik), bisa juga karena keadaan di luar diri (ekstrinsik). Kadang-kadang, seseorang yang merasa baik-baik saja ternyata tidak sepenuhnya diterima dengan baik oleh orang-orang di sekitarnya hanya karena ia berbeda. Keadaan akan makin sulit jika ia adalah orang yang relatif baru. Orang seperti ini akan dianggap berbahaya di tengah orang-orang yang memilih bermain aman.

Kalau sudah demikian, lalu dipakailah prinsip “The enemy of my enemy  is my friend.” Pihak yang awalnya berseteru pun bisa berdamai dan kemudian bersama-sama menghadapi orang baru ini. Pemikiran seperti ini bukan hal baru, walaupun versi bahasa Inggris kalimat ini baru dikenal tahun 1884. Salah satu hal yang terkait dengan konsep ini adalah tall poppy syndrome.

Tall poppy syndrome ini terjadi ketika mereka yang memiliki kemampuan lebih justru dipangkas, diserang dan dikritik habis karena pencapaiannya jauh melampaui orang lain. Fenomena sosial ini bukan hanya terjadi di Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru dan negara-negara lain yang berbahasa Inggris; namun juga dikenal dalam budaya Cina, Jepang, Belanda, dan negara-negara lain dengan ungkapan yang berbeda tapi bermakna kurang lebih sama.

Saya jadi ingat obrolan saya dengan seorang teman beberapa waktu  lalu. Topiknya tak jauh-jauh dari pangkas-memangkas ini. Seperti biasa, obrolan begini akan menyisakan semacam pelajaran dan pengingat buat kami.

Jika kita adalah poppy itu dan lingkungan kita merasa perlu melakukan ‘pemangkasan’, apa pilihan yang kita miliki? Tanaman yang dipangkas akan tumbuhkan tunas baru, bukan? Jadi, tumbuhlah! Tentu sebagai diri sendiri dengan kualitas yang terus diperbaiki. Tidak perlu menjadi orang lain. Kurt Cobain bilang, “I’d rather be hated for who I am, than loved for who I am not.” Saya setuju!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here