Telan, Talen, Telen

Di suatu sore, teman saya bilang, “Ini situs telenan.com mestinya jual makanan dong. Kan sesuatu yang ditelen itu ya makanan. Tapi ini kok jual kayu.”  Tentu saja ia berseloroh. 🙂

Siapa yang tak kenal kata telen? Boleh jadi ini termasuk kata-kata yang kita kuasai di periode awal kita belajar berbicara.  Kata ini bermula dari kata telan, yang sering kali kita pakai dalam situasi lebih formal.  Bagaimana dengan kata talen? Kata ini memiliki dua makna. Pertama, mengacu pada uang logam bernilai 25 sen yang dipakai pada zaman Hindia Belanda. Kedua,dipakai untuk merujuk talenta, pembawaan seseorang sejak lahir; bakat.

Proses pembentukan kata dengan penambahan imbuhan dalam bahasa Indonesia menyebabkan lahirnya kata telenan dan talenan. Tapi, ternyata imbuhan –an dalam kedua kata ini tidak serta merta membentuknya menjadi kata benda. Tidak seperti dalam pasangan kata tulis-tulisan dan baca-bacaan, misalnya. Talenan adalah alas untuk memotong, atau mencencang; sedangkan telenan adalah sebutan untuk kata itu yang diberikan oleh penutur bahasa Jawa.

Talenan tentu bukan barang baru. Tapi rupanya talenan yang ditawarkan di situs ini menawarkan ‘nilai’ baru. Dengan harga setara dengan sepuluh kali lipat talenan kayu biasa, sasaran yang dituju memang bukan sembarangan. Pangsa pasarnya adalah mereka yang menjadikan memasak sebagai passion dan gaya hidup. Berbahan kayu berkualitas tinggi, talenan ini tampil kokoh dan elegan.

Ternyata, kata talenan memang ada hubungannya dengan sesuatu yang ditelan. Begitulah bahasa. 

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here