Saya selalu suka membaca buku tentang pola pikir. Kali ini judulnya Think Like A Freak, yang ditulis oleh Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner. Menarik, karena sebelum lebih jauh membahas mengenai ini-itu, kita diajak berpikir bahwa sebelum kita tahu apa yang tidak kita ketahui akan sulit bagi kita belajar hal-hal baru. Tiga kata tersulit bagi manusia menurut mereka ini ternyata “I don’t know”, yang tidak mudah diucapkan oleh banyak orang. Perlu keberanian luar biasa untuk membuat pengakuan ketidaktahuan.
Think Like A Freak
Berbagi Ruang
Akhirnya! Hari ini, 16 Oktober 2017, monograf pertama saya lahir. Berjudul Berbagi Ruang karena itulah tema yang membungkus tulisan-tulisan di dalamnya, yang embrionya berasal dari blog ini. Terima kasih untuk mereka yang memungkinkan tulisan-tulisan itu dibaca lebih banyak orang.
Menjadi dengan Berbagi
Tulisan dengan judul “Menjadi dengan Berbagi” ini dibuat oleh Mas Dedy Tri Riyadi, seorang penyair, cerpenis, dan praktisi iklan; dan disampaikan dalam acara Ngopibuku tanggal 25 November 2017 lalu. Pada kesempatan ini, hadir juga Mbak Olivia Elena, editor majalah Sunday. Karena Mbak Olivia tidak menuliskan ulasannya, saya hanya membagi tulisan Mas Dedy saja. Ulasannya keren. Saya salut dengan pembacaannya yang sangat jeli. Terima kasih, mas. 🙂
Buku Anak dan Muatan Budaya
John Stephens, dalam bukunya Language and Ideology in Children’s Fiction, mengatakan bahwa anak-anak belajar mengenai masyarakatnya dari cerita yang dibacanya. Tentu ini juga berlaku untuk pembelajaran muatan budaya di dalam buku-buku mereka dan penanaman pemahaman mengenai perbedaan.
Memilih Sekolah
Panduan Memilih Sekolah untuk Anak Zaman Now adalah buku ketiga karya Bukik Setiawan yang saya baca, setelah dua buku sebelumnya yaitu Anak Bukan Kertas Kosong dan Bakat Bukan Takdir. Dalam buku ketiga ini, Bukik Setiawan berkolaborasi bersama Andrie Firdaus dan Imelda Hutapea. Ada benang merah dari ketiganya, bahwa tanggung jawab pendidikan anak terbesar berada pada orangtua.