Pekan lalu saya ke Malaysia. Ada dua agenda: mengikuti konferensi di Ipoh, lalu berikutnya untuk bertemu sahabat baik saya, Norizah, di Kuala Lumpur. Saya menginap dua malam di kota ini. Petang hari itu saya bertemu pula dengan empat anaknya, satu laki-laki dan tiga orang perempuan. Dan, gadis-gadis kecil seperti mereka selalu saja membuat saya jatuh hati.
Dalam dua malam itu saya menikmati waktu bersama mereka. Hari pertama kami kami pergi makan malam. Setelah makan di kedai dekat Batu Cave, kami menuju dataran Merdeka, berbincang menikmati indah dan tenangnya suasana dan bermain sampai larut. Hari kedua kami pergi ke Putrajaya. Ada festival flora yang akan berakhir keesokan harinya. Karena sedang libur sekolah, tak heran pengunjung hari itu luar biasa banyak. Selepas salat Maghrib, kami kembali ke Kuala Lumpur untuk makan nasi lemak yang mereka sebut “the best in town” di bilangan Kampung Baru.
Dalam perjalanan dari Putrajaya ke Kuala Lumpur ini saya duduk bersama Ezany dan si kecil Hawa. Zara dan Adam duduk di bangku belakang.
Ezany bertanya, apakah saya akan memberikan sesuatu untuk Zara yang akan berulang tahun esok harinya. Ketika saya menjawab tidak karena tidak tahu dan tidak punya cukup waktu karena pagi-pagi sekali harus ke bandara, ia bertanya lagi apakah saya bisa membuat origami. Saya jawab bisa. Lalu, ia menyobek selembar kertas dari sebuah buku catatan. Dan, sambil melayani Hawa yang duduk di sebelah kanan saya bermain, bersama Ezany saya membuat burung dari kertas itu. Kemudian, Ezany memberikannya kepada Zara seraya mengatakan, “This is from auntie.”
Saya suka sekali hal-hal kecil dan perhatian Ezany ini mengingatkan saya betapa cinta tak perlu sesuatu yang besar dan mahal untuk membuktikannya. Ezany, gadis cantik berkacamata yang terlahir dengan berat hanya 600 gr ini, memiliki cinta yang amat besar.
Saat itu, tiba-tiba saya rindu. Rindu kepada mereka yang sangat suka memberi perhatian-perhatian kecil kepada saya selama ini.
Lalu, bayangan mereka pun menari-nari tanpa permisi.