Kemarin saya berkunjung ke rumah teman di Bekasi. Ini semacam jeda sejenak di sela tenggat pekerjaan yang menggunung. Bukan hanya fisik saja yang mendapatkan asupan nutrisi dengan pepes bandeng, tempe goreng, sayur asem, ikan asin, dan sambel terasi; tapi juga jiwa dengan banyak pengetahuan dan hasil obrolan bergizi dengan teman-teman. Salah satunya adalah dari kakak kelas saya, mbak Irma, bahwa minum beras kencur bisa meringankan insomnia.
Saya akrab dengan insomnia sejak kelas 3 SMP. Banyak upaya sudah dicoba tapi durasi tidur masih saja belum seperti orang lain. Itu jika yang dilihat adalah kuantitas. Selama ini saya mengandalkan kualitas karena mengejar kuantitas sama sekali bukan hal yang mudah.
Bicara soal insomnia, ada seorang teman saya, sebut saja namanya Bunga, yang menderita insomnia akut. Akhir-akhir ini keadaannya sedang memburuk karena suaminya memaksanya tidur pukul 22.00 dengan alasan supaya Bunga cukup istirahat. Padahal, andai ia tahu, istirahat cukup bukan begitu solusinya untuk si Bunga. Cukup untuk masing-masing orang tentu berbeda.
Buat kami dengan SOL (sleep onset latency) lama, masalah tidur bukan hal yang bisa diubah secara instan. Apalagi perubahan itu sangat ekstrim. Jarak dari menutup mata sampai terlelap yang tidak sebentar bisa makin memburuk jika dipaksakan seperti itu. Jika ditargetkan terlelap pukul 22.00 artinya ia harus bersiap di kamar tidur berjam-jam sebelumnya. Itu pun besar kemungkinan akan terbangun satu atau dua jam kemudian dan akan lebih sulit tidur setelahnya.
Mungkin ada baiknya saya dan Bunga minum beras kencur. 🙂