Gara-gara salah satu aplikasi yang terpasang di gawai saya, saya jadi membaca tulisan yang saya tulis setahun lalu, persis seperti tertera dalam judul ini. Lalu, siapakah kamu? Hanya saya dan Tuhan yang tahu. 🙂
Bahasa memang kaya. Bisa dipakai dalam konteks apapun, oleh siapapun, kepada siapapun, tentang apapun, dan dengan cara apapun. Demi memuaskan tujuan itu, banyak cara bisa digunakan. Salah satunya dengan penggunaan simile, seperti kalimat saya itu.
Simile membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dengan kata pembanding secara tersurat. Dalam kalimat “Kamu memang candu” saya membandingkan kamu dengan candu. Kamu ini membuat saya ketagihan, seperti layaknya candu.
Acuan apa di balik kata kamu, apakah orang atau barang, adalah wujud kekayaan lain yang dimiliki bahasa. Kita bisa memakai sebuah kata untuk mewakili kata lain. Kamu dalam kalimat saya bisa saja orang, barang, kegiatan, suasana, lagu, dan lain-lain. Misalnya, karena saya suka kopi, bisa jadi kamu di sini adalah kopi hitam tanpa gula yang enak dinikmati sebagai teman membaca.
Proses pengacuan ini juga bisa berubah seiring berubahnya waktu. Lain waktu, kamu yang saya maksud bisa jadi bukan lagi kopi tapi lagu Golden Leaves yang saya suka itu. Atau, sangat mungkin, kamu adalah teman diskusi yang asyik dengan wawasan luas dan telinga yang siap menyimak obrolan dengan sepenuh hati.
Selain simile, kita juga bisa menggunakan metafor. Berbeda dengan simile, dalam metafor, hanya satu kata pembanding yang muncul. “Dasar candu!” adalah contoh metafor. Apa atau siapa si candu ini bisa diperjelas dengan konteks yang menyertai.
Penggunaan metafor sangat erat kaitannya dengan pengalaman seseorang (Lakoff & Johnson, 1999). Kesenjangan informasi antar-partisipan dalam suatu komunikasi membuat metafor ini tidak dipahami dan pesan yang ingin disampaikan tidak dimengerti. Kalau sudah begini, repot jadinya.
Begitulah. Kamu memang candu!
Saya jadi ikut mata kuliah metafor n simile.. Menarik tuk disimak.