A picture speaks a thousand words. Ungkapan itu tentu tak asing lagi. Ternyata, kalimat ini berlaku juga sebaliknya. A word speaks a thousand words. Kata-kata yang kita gunakan, terutama dalam komunikasi tulis, bicara banyak mengenai diri kita.
Beberapa hari lalu, tulisan tangan saya dibaca oleh seorang teman yang juga mendalami grafologi. Apa yang disampaikannya membuat saya banyak diam, mengangguk atau mengiyakan. Boleh jadi hanya kebetulan semata, bisa juga memang fakta; namun setidaknya perbincangan sore itu membuat saya berpikir tentang diri saya. Betapa naifnya saya yang mengeluhkan sesuatu tentang orang lain sementara saya pun tanpa sadar melakukannya. Dasar manusia.
Tulisan yang kita buat secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian yang masing-masing bercerita tentang hal yang berbeda yaitu upper zone, middle zone, dan lower zone. Upper zone dilihat dari tangkai untuk huruf-huruf seperti b, d, k, dan lower zone untuk huruf-huruf j, g, p. dan y. Kumar dalam bukunya Handwriting Analysis (2005: 37) menulis refleksi masing-masing zona itu. “Upper zones determines intellect, imagination, spiritualism, intensity, conscience, ambition, creativity, and fantasy. Middle zone is for daily action, social work and matters of immediate concern. Lower zone shows desires and drives. “
Selain dari ketiga zona itu, analisis tulisan tangan ini juga dilakukan pada cara penulisan huruf dan spasi antarhuruf dan antarkata. Cara penulisan mencerminkan kepribadian yang berbeda pula. Dengan melihat dari banyak sisi ini, pembacaan pun jadi lebih komprehensif, mengenai masa lalu, masa kini dan masa depan.
Grafologi erat kaitannya dengan psikologi, sehingga ilmu ini sangat bermanfaat dalam beragam ranah. Tak hanya ranah profesional seperti perekrutan karyawan dan penilaian kinerja, namun bisa juga dimanfaatkan dalam massalah personal seperti hubungan anak-orangtua. Dengan bekal informasi yang lengkap mengenai anak, orangtua bisa mencari pola komunikasi dan memberikan pengarahan yang tepat.
Tapi, walaupun hasil pembacaan tak semuanya menggembirakan, saya tak ada rencana ganti gaya tulisan kok. Bukan itu solusinya, kan ya?
aku juga pernah sedikit belajar grafologi, Mbak. Banyak hal yang bisa dibuat pegangan membaca karakter, termasuk tulisan tangan. tetapi yang kupelajari, semua itu adalah potensi dan pengalaman. bagaimana selanjutnya bergantung keputusan kita.