Adakah hubungan antara kekayaan kosakata seseorang dengan segala sesuatu yang dihadapinya sehari-hari? Tentu! Kosakata saya dan anda pun pasti berbeda, setidaknya dalam satu kata ini.
Semua orang mahfum bahwa perkembangan suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan penuturnya. Bila tak dipakai secara aktif, suatu bahasa akan musnah dan mati. Sebaliknya, bahasa akan berkembang (terutama segi morfologisnya) jika masyarakat penuturnya aktif memakainya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan zaman. Penambahan kosakata baru ini bisa berupa kata dalam ragam formal maupun informal.
Proses morfologis yang paling terlihat adalah pembentukan kata, yang tentu saja dapat dilakukan dalam berbagai cara. Misalnya, afiksasi dengan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal sebelumnya. Pasti kita pernah mendengar kata ngemsi untuk merujuk pada pekerjaan menjadi pembawa acara atau MC? Ngeblog? Ngetwit? Ngaskus? Googling? Proses seperti ini dalam linguistik disebut coinage, pembentukan kata baru, biasanya berasal dari nama dagang produk komersial atau nama diri yang kemudian menjadi istilah umum (Yule, 2010: 53).
Lalu, apa hubungannya dengan kopi Liong Bulan? Ternyata proses coinage ini pun terjadi pada frasa ini. Kami cukup menyebut ngeliong untuk merujuk acara ngobrol sambil menikmati kopi Liong Bulan, kopi khas Bogor yang rasanya aduhai itu.
Nah, siapa mau ngeliong di rumah saya? Ditanggung rasanya makin mantap karena insyaallah saya ikhlas membuatkannya. Mau ajak teman? Boleh. Tinggal ngetwit saja kan?
@wkf2012: hehe.. bisanya dari segi ini mas. boleh, silakan datang. salam balik.
nah sebuah pelajaran baru dari bahasan kopi liong hahahaha ngliong adalah bentuk cinta persahabatan kalian terima kasih
Wah wah, tulisan yg serius dari bu doktor kita. Ayo kita ngeliong!
mau nyoba tapi belum ada kesempatan berkunjung kenapa ane mash di kasih halangan yang untuk berkunjung
ditunggu ngeliong bareng 🙂
mau dong ngeliong sambil ngelinguistik daripada ngelamun.. 😀
nunggu yang ngajak tuh ..
Ngeliong sambil ngopdar enak nih kayaknya bu XD
ayo sini 🙂
Saking kagumnya dengan cara penulisan mbak Utami, sampai lupa apa yang harus saya sampaikan usai membaca tulisan di atas. Sebagai orang yang gandrung soal bahasa, akhirnya saya mendapat pemahaman lebih soal coinage.
Lalu, bagaimana Bahasa Indonesia dalam menerima hasil proses coinage tersebut? Khusus dalam penulisannya?
Salam kenal
Sepertinya proses ini lebih banyak dipakai dalam hal bahasa lisan. Untuk bahasa tulis relatif lebih formal dan mengikuti kaidah.
🙂 Terima kasih sudah berkunjung