Sudah beberapa waktu saya diberi tugas membimbing mahasiswa dalam menyusun skripsi. Meskipun sudah berusaha membantu semaksimal mungkin, tapi baru kali ini ada yang menuliskan ucapan terima kasih seperti ini. Buat saya sih, kalau bisa sederhana, mengapa harus dibuat rumit? Hidup memang soal menentukan pilihan. Mau sederhana atau rumit, kita yang tentukan.
Kita punya pilihan, orang lain pun begitu. Termasuk persepsinya mengenai kita. Kita sudah berusaha melaksanakan tugas sebaik-baiknya, bisa jadi mahasiswa memandang sebaliknya. Sebagai pembimbing, saya pribadi akan sangat bersyukur jika berpasangan dengan mahasiswa yang asyik.
Nah, inilah beberapa di antara sekian banyak ciri-ciri mahasiswa asyik itu.
- Mereka sadar benar bahwa tugas kami tidak hanya membimbing mereka dalam menyusun skripsi. Jumlah yang kami bimbing pun tidak sedikit. Belum lagi kami masih harus mengajar, melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Jadi, ya wajar jika waktu yang kami miliki sangat terbatas.
- Masih soal waktu, hargai cara masing-masing pembimbing melaksanakan tugasnya. Barangkali ada yang memilih via email, ada yang selalu harus bertemu muka, ada yang tak mau dihubungi melalui sms atau telepon, dan sebagainya. Selain tugas di kampus, kami juga punya keluarga.
- Tahan banting. Persistent. Mereka berusaha maksimal, mencari dan membaca dari banyak sumber. Demikian juga dalam hal menulis, dengan tata bahasa yang benar tentunya. Mahasiswa seperti ini membuang jauh-jauh kata plagiat dari pikirannya.
- Well-informed. Di samping paham mengenai area penelitian yang diminati, mereka juga menguasai teknologi. Bukan teknologi yang muluk-muluk, tapi program atau aplikasi sederhana yang diperlukan dalam penulisan. Masa mahasiswa jaman sekarang tidak tahu bagaimana menyisipkan catatan kaki dan memilih membuatnya secara manual?
- Bertanya, jika memang ada yang ingin ditanyakan. Jangan diam saja, namun ternyata revisi yang dilakukan jauh dari yang diharapkan.
- Kalau bisa memanfaatkan teknologi, mengapa tidak? Jika bisa tanpa bersemuka, mengapa tidak kita lakukan. Dengan begitu saya bisa menghemat waktu saya dan waktu mahasiswa. Jika diperlukan, tentu saya tak keberatan membuat janji temu.
- Memanfatkan forum diskusi sesuai peruntukannya, untuk diskusi antarmahasiswa atau antara mahasiswa dan dosen, tentu mengenai hal-hal yang berkenaan dengan proses bimbingan. Sengaja saya membuat forum ini supaya saya tidak mengulang-ulang informasi yang sama untuk mahasiswa yang berbeda. Efisien, bukan?
- Selalu berprasangka positif. Tak ada niat kami, para pembimbing, untuk memperlama atau mempersulit proses bimbingan. Setidaknya saya pribadi begitu. Banyak sekali yang harus dan ingin saya lakukan selain membimbing.
- Mahasiswa asyik adalah mereka yang mau membaca, baik membaca buku-buku referensi, pengumuman dari kampus, informasi dan komentar di forum, termasuk juga mau membaca tulisan ini. 🙂 🙂
Begitu.
Sepakat buuu
Setuju. Pengalaman saya menjalani sidang sampai 12 kali sidang untuk program D3 MIPA lanjut sebelum genap setahun sarjana sudah menjadi akhiran nama saya. Dalam satu tahun, pengalaman luar biasa, pembimbing yang sibuk, baru setor wajah, sudah dibilang nanti saja, padahal wisuda 3 minggu lagi. Pembimbing yang satu guru besar, yang satu kajur dan dosen senior, yang satu ka.lab senior. Tapi tujuan mereka “menyiksa lulusan” agar nantinya menjadi lulusan yang tahan di dunia nyata.
Siiiipppp deh bu Tamiii…
Alhamdulillah, berkat bimbingan dengan ibu yang mudah dan fast respon saya bisa lulus tepat waktu.. 😀 Thanks a lot ya buuuu.
Semangat terus ya bu..^^
Semoga saya pun termasuk ke dalam kriteria tersebut.
Mudah-mudahan nanti bisa dibimbing oleh ibu, hehee 🙂