Terus terang kadang-kadang saya tak habis pikir ketika membaca lowongan pekerjaan untuk posisi apa pun, calon karyawan diminta melampirkan hasil tes TOEFL®. Padahal, menurut yang punya merek, yaitu ETS (Educational Testing Service), tes ini diperuntukkan bagi mereka yang memerlukannya dalam hal akademik, bukan dalam dunia kerja. Jika demikian, tes yang mereka tempuh selama lebih kurang dua jam ini bisa jadi bukan alat ukur yang tepat dalam hal kemampuan bahasa Inggris mereka.
TOEFL® (Test of English as a Foreign Language) adalah tes yang dikenal di dunia dan diakui di lebih dari 8.500 universitas dan agen di lebih dari 130 negara, termasuk Australia, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat. Tes ini tersedia sesuai pilihan (paper-based, computer-based atau internet-based) di lebih dari 4.500 tempat. Hasil tes ini seharusnya membuktikan bahwa kita memiliki kemampuan bahasa Inggris yang dipergunakan dalam suasana akademik. Di sini kita diminta membaca atau mendengarkan penggalan wacana persis seperti yang akan kita hadapi di dalam kelas.
Di situs ETS, dicantumkan bahwa selain universitas, institusi lain yang menerima hasil tes ini adalah: kantor imigrasi untuk keperluan visa dan kartu domisili, kantor kesehatan untuk keperluan sertifikasi profesional, dan perorangan untuk keperluannya dalam hal belajar bahasa Inggris.
Nah, lalu siapa saja yang seharusnya memanfaatkan tes ini? Lebih dari 27 juta orang dari seluruh dunia sudah melakukannya, termasuk mereka yang akan melanjutkan studi, calon peserta dan calon lulusan program bahasa Inggris, calon penerima beasiswa dan sertifikasi, pemelajar bahasa Inggris yang sekadar ingin tahu kemajuan yang telah dicapainya, dan mahasiswa dan pekerja yang mengajukan permohonan visa.
Tak ada istilah gagal atau lulus tes ini. Hasil tes yang berlaku untuk dua tahun ini mencantumkan berapa pun nilai yang kita peroleh. Yang menentukan kita berhasil atau tidak di universitas tujuan adalah apakah hasil tes kita ini mencapai standar yang mereka tetapkan atau tidak.
Sedangkan untuk dunia kerja, sebenarnya ada tes yang lebih tepat, yaitu TOEIC® (Test of English for International Communication), yang juga diadakan oleh ETS, untuk keperluan penerimaan, penempatan dan promosi karyawan. Tes ini dipakai sejak tahun 1979. Selama lebih dari 30 tahun, tes ini menetapkan standar bahasa Inggris yang dipakai di dunia kerja. Kini, TOEIC® dipakai di lebih dari 10.000 perusahaan, kantor pemerintah dan lembaga kursus bahasa Inggris di lebih dari 120 negara.
Hasil tes dalam TOEIC® mencerminkan kemampuan kita dalam banyak hal. Tes menyimak misalnya, terkait dengan kemampuan kita dalam komunikasi tatap muka, rapat, videoconference, teleconference, podcasts dan percakapan telepon. Tes membaca terkait dengan kemampuan membaca surel, laporan, bulletin dan surat bisnis lain. Tes berbicara mengukur kemampuan kita dalam melakukan presentasi, komunikasi tatap muka, rapat, videoconference, teleconference, podcasts dan percakapan telepon. Sedangkan tes menulis berhubungan dengan kemampuan menulis surel yang jelas dan persuasif dan berbagai dokumen bisnis lain.
Namun barangkali masalahnya tak lagi sederhana jika pada kenyataannya begitu banyak institusi yang meminta hasil tes yang salah ini. Terlebih adanya sebagian orang dengan hasil tes TOEFL® tinggi namun mereka tidak mampu memakainya secara komunikatif dalam keseharian di lingkungan kerja.
Sekarang, pilihan ada di tangan anda. Jika anda akan merekrut staf pemasaran, misalnya, tes apa yang akan anda pakai: TOEFL® atau TOEIC®?
makasih ya. kini aku jadi ngerti keduanya dan pemakaiannya. share ah
hmm, akhirnya kekalutan mengenai perbedaan toeic dan toefl beberapa pekan lalu terobati dengan artikel yang komprehensif dari mbak tami ini. makasih, info yang sangat bermanfaat!!!
Kalo IELTS bedanya apa mbak?
@MT & Cepy: thx. it’s always been good to share
@Iwan Setiawan: kata mereka IELTS menyajikan hasil yang lebih akurat karena tes dilakukan face-to-face, kang