Begitulah ungkapan yang sering saya dengar dan baru-baru ini saya membuktikan kebenarannya. Sesuatu yang ditangani oleh ahlinya memang lebih efisien. Bukan hanya hemat waktu, ternyata bisa juga menghemat tenaga dan uang. Lega sekali rasanya setelah tiket yang saya perlukan ada di tangan. Semua bisa selesai dalam waktu yang relatif singkat dan ternyata jumlah yang harus saya bayar lebih sedikit dibanding jika saya mencarinya sendiri.
Beberapa waktu yang lalu saya mendapat kabar bahwa proposal yang saya ajukan untuk menjadi salah satu pembicara di konferensi internasional disetujui pihak penyelenggara. Dalam International Conference on Translation and Cross-cultural Communication yang diselenggarapan di Brisbane tanggal 1-2 Desember 2011 itu saya mengambil topik cultural untranslatability. Dan sejak saat itu, proses pengurusan segala sesuatunya pun saya mulai.
Pertama, saya harus membuat paspor. Maklum, selama ini yang saya punya baru KTP. Selanjutnya, saya mengurus visa di pusat aplikasi visa Australia di ASIA Plaza Jalan Jend. Sudirman Jakarta, yang Alhamdulillah prosesnya tidak mengalami hambatan yang berarti. Walaupun sempat mengalami gangguan koneksi internet, visa selesai dalam waktu dua hari. Baru kemudian setelah paspor dan visa beres, saya berani mulai cari tiket.
Nah, proses pencarian tiket inilah yang lumayan menyita pikiran saya. Karena saya dijadwalkan untuk presentasi tanggal 1 Desember, saya harus berangkat paling telat tanggal 29 November. Mulailah saya berburu, dimulai dari biro perjalanan yang tak terlalu besar. Untuk mencari infonya saja mereka perlu waktu berjam-jam. Hasilnya? Saya harus menyetujui dulu waktu penerbangan yang ada dan saya harus membayar berapapun harga tiket yang akan keluar pada saat mereka menekan tombol enter. Tidak adil.
Sepulang dari biro itu saya coba cari sendiri, berburu info tiket dari berbagai maskapai penerbangan. Hasilnya macam-macam. Ada yang mengharuskan saya transit di Singapura, Kuala Lumpur, dan Hongkong. Akhirnya pilihan tertuju pada penerbangan dengan transit di Singapura.
Tibalah saat yang paling penting: pembayaran. Mereka menyediakan pilihan pembayaran dengan kartu debit dan kredit. Lucunya, ternyata kartu kredit yang saya gunakan memiliki plafond kredit di bawah harga tiket. Pilihan kedua, saya pakai kartu debit. Masalahnya, pada kartu debit saya tidak tercetak nama saya.
Sempat saya menghubungi seorang teman yang bergerak di bidang biro perjalanan di Lombok, barangkali bisa membantu saya. Hasilnya? Karena yang mencari tiket bukan dirinya sendiri, tiket yang didapat untuk penumpang dari Mataram. Saya juga meminta tolong kepada teman yang ada di Bogor. Ternyata ticketing agent miliknya baru bisa melayani maskapai domestik.
Setelah mencoba sendiri dengan hasil nihil, akhirnya saya pergi ke biro perjalanan yang lebih besar. Dan yang membuat segalanya jadi mudah adalah, saya sudah tahu hari, tanggal, jam dan penerbangan apa yang saya cari. Mereka menyambut saya sengan senyum standar. Tapi tak apalah, karena ternyata pelayanan yang diberikannya cukup membantu. Dalam hitungan menit, tiket Jakarta-Brisbane pp sudah ada di tangan saya.
Semoga perjalanan saya akhir bulan ini lancar jaya sehat sentosa.
syukurlah bila semuanya lancar. 😉
@wongkamfung: thx
Hmm. Titip novel, ya. Hehehe….
@khrisna pabichara: wah ada daeng. terima kasih sudah berkunjung. soal novel, coba nanti saya jalan-jalan, siapa tahu ada “Mengawini Ibu” edisi Australia …