Ini bukan buku baru, tapi isinya masih relevan dengan zaman ini. Media sosial menyentuh kehidupan kita dari beragam sisi, mulai personal sampai profesional; walaupun sebenarnya tak ada yang baru karena pada dasarnya semua hanya penyempurnaan dari apa yang sudah ada sebelumnya.
Media sosial yang kita kenal dan pakai dengan segala pilihan platform sesuai dengan kebutuhan kita itu memberikan banyak kemudahan, termasuk ketika kita ingin berbagi opini kepada orang lain. Namun, ternyata keberhasilan penyampaian pesan itu tergantung juga pada siapa kita. Informasi yang dibagi oleh mereka yang sudah dikenal akan lebih mudah diterima. Lalu, bagaimana kalau kita adalah ‘nobody’? Mengutip apa yang disampaikan oleh orang lain yang sudah lebih dulu dikenal mungkin bisa membantu.
You could have the best idea in the world, but if people don’t like you, don’t trust you, or don’t know you, they’re not going to consider it. However, if you cite what someone else is saying, someone they might heard of it, that lends the idea more credibility.(halaman 8)
Dalam konteks yang demikian, akan ada virtual monopoly. Keadaan ini bisa terjadi pada orang, barang, maupun jasa.
Buku ini memang lebih mengarah pada penggunaan media sosial untuk kepentingan pemasaran namun pada dasarnya prinsip-prinsip pentingnya tentu terkait juga dengan pencapaian personal. Mendelson menuliskan bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya influencer. Jika barang kita bagus, didukung koneksi yang baik, segalanya akan berjalan baik pula. (halaman 64). Demikian pula secara personal. Jika kita memiliki kualitas yang mumpuni, jalan pun akan terbuka.
Zaman media sosial melahirkan orang-orang dengan karakteristik tertentu. Cyber-utopian adalah mereka yang memuja teknologi dan bagi orang-orang ini teknologi adalah segalanya. Cyber-hipster adalah mereka yang selain jatuh cinta pada teknologi juga mendapatkan keuntungan secara finansial. (halaman 56)
Ada satu hal yang menarik dari buku ini, yaitu tentang bagaimana mereka yang bergerak di dunia digital ini menanggapi kritik. Menurut Mendelson, mereka cenderung kurang kooperatif. Ternyata, yang namanya kritik memang bukan sesuatu yang mudah diterima. Di mana pun.
Judul: Social Media Is Bullshit
Penulis: BJ Mendelson
Penerbit: St Martin (New York, 2012)
Jumlah halaman: 227