Jadi penyiar radio

Akhir pekan ini saya mendapat dua rejeki besar. Rejeki pertama adalah saya masuk studio radio lagi setelah berpuluh-puluh tahun. Bedanya, kalau dulu saya masuk studio untuk menyanyi, dan ini yang tidak dipercaya banyak orang, sekarang saya masuk studio untuk menggantikan teman saya Kang Fajar yang mestinya bertugas sebagai co-host acara Saung Nyerat. Rejeki kedua adalah saya harus membuat reportase. Keduanya adalah hal baru buat saya.

Saung Nyerat adalah acara mingguan di Radio Sipatahunan Bogor yang mengudara setiap Sabtu pukul 16.00-17.00. Untuk edisi 15 Januari 2011, saya bersama Kang WKF, berbincang dengan Ibu Shita Dewi Ratih P., M.Hum. yang merupakan keturunan RM Tirto Adhi Soerjo atau biasa disingkat TAS. TAS adalah Bapak Pers Nasional dari Bogor dan pendiri koran berbahasa Indonesia pertama Medan Prijaji. Beliau dimakamkan di pemakaman Blender, Bogor. Saat ini Bu Shita aktif sebagai dosen di Fakultas Sastra, Program Studi Sastra Inggris, Universitas Pakuan Bogor.

Bu Shita adalah cucu RM Priatman, putra sulung TAS. RM Priatman yang anak tunggal itu memiliki 13 putra-putri. Selain Bu Shita, cucu RM Priatman ada juga yang barangkali anda kenal: Dewi Yull (penyanyi) dan Ardina Rasti (pemain sinetron).

RM Tirto Adhi Soerjo atau TAS adalah pejuang sejati, pembela rakyat kecil, dan juga pendukung emansipasi wanita. Namun, walaupun berpihak kepada kaum yang tertindas, TAS bukan sosialis.

TAS adalah pendiri koran pertama Indonesia, Medan Prijaji. Dia mendapat anugerah sebagai Perintis Pers Indonesia, gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana.

TAS adalah orang yang mau berjuang baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Beliau memilih sekolah di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), sekolah calon dokter, alih-alih MOSVIA (Middelbaar Opleiding School voor Inlandsche) yaitu sekolah untuk pribumi calon pegawai negeri.

Buku Tetralogi Buru (ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer) yang sempat dilarang oleh Jaksa Agung pada tahun 1981 merupakan buku yang membuat TAS dikenal luas karena buku tersebut diterjemahkan ke dalam 34 bahasa. Dan buku ini merupakan salah satu koleksi buku kesayangan saya, yang salah satunya (Bumi Manusia) pernah saya tulis di sini.

Ternyata selain mendapatkan pengalaman baru, saya juga mendapatkan pengetahuan baru dengan bertemu narasumber acara ini. Mudah-mudahan ini bukan pengalaman terakhir.

3 COMMENTS

  1. Pertama kali singgah disini…
    Wah mbak Tami ternyata mantan penyanyi juga toh.. 😀
    Sebenarnya kisah perjuangan Thirto Adhi Soerjo mengembangkan pers di nusantara sudah layak difilmkan biar generasi sekarang yg ngakunya Citizen Jurnalism pada tahu!

  2. @yoszuaccalytt: trm ksh sdh mampir. bukan penyanyi, hanya pernah menyanyi, dan sudah pensiun dini … ide bagus juga tuh .. tinggal cari produsernya aja ya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here